Jakarta - Willy Ekasalim dan Doddy Lukito bersahabat
sejak sekolah menengah. Ketika hendak melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi, Willy dan Doddy berpisah. Willy ke Australia dan Doddy
ke Amerika Serikat.
Tapi meski dipisahkan samudera luas, persahabatan keduanya tak lekang. Justru pengalaman sebagai perantau di negeri asing memberikan mereka ide brilian, mendirikan sebuah perusahaan jasa online bernama bistip.com.
Kisahnya begini. Willy bilang, saban pulang ke Indonesia mereka selalu mendapat titipan barang dari teman atau keluarga di tanah air. “Request-nya beragam. Mulai dari buku, membawa dokumen penting, sampai obat dan vitamin,” kata Willy.
Akhirnya timbul ide yang sama di pikiran kedua anak muda ini. Mereka ingin mengkomersilkan aktivitas titip-menitip itu sehingga lahirlah bistip.com. Transaksi yang terjadi di situs itu mencapai Rp 1 miliar per bulan.
Berbisnis online dikenal dengan istilah e-commerce. Ini adalah model bisnis yang transaksi maupun aktivitas perdagangannya terjadi di jagad maya alias Internet. Perdagangan e-commerce di Indonesia termasuk yang bertumbuh dengan pesat di dunia.
Lembaga riset pemasaran eMarketer menyatakan bahwa pertumbuhan bisnis e-commerce di Indonesia pada 2013 diperkirakan mencapai 71 persen. Angka ini melampaui pertumbuhan e-commerce di China yang sebesar 61 persen.
Edy Putra Irawady, Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Koordinasi Industri dan Perdagangan, mengatakan bisnis e-commerce di Indonesia termasuk menggembirakan. “Cukup pesat, ditunjang oleh peningkatan kualitas sumber daya manusia. ICT sudah menjadi bagian dari aktivitas masyarakat,” katanya kepada DetikFinance pada awal pekan ini.
Tapi meski dipisahkan samudera luas, persahabatan keduanya tak lekang. Justru pengalaman sebagai perantau di negeri asing memberikan mereka ide brilian, mendirikan sebuah perusahaan jasa online bernama bistip.com.
Kisahnya begini. Willy bilang, saban pulang ke Indonesia mereka selalu mendapat titipan barang dari teman atau keluarga di tanah air. “Request-nya beragam. Mulai dari buku, membawa dokumen penting, sampai obat dan vitamin,” kata Willy.
Akhirnya timbul ide yang sama di pikiran kedua anak muda ini. Mereka ingin mengkomersilkan aktivitas titip-menitip itu sehingga lahirlah bistip.com. Transaksi yang terjadi di situs itu mencapai Rp 1 miliar per bulan.
Berbisnis online dikenal dengan istilah e-commerce. Ini adalah model bisnis yang transaksi maupun aktivitas perdagangannya terjadi di jagad maya alias Internet. Perdagangan e-commerce di Indonesia termasuk yang bertumbuh dengan pesat di dunia.
Lembaga riset pemasaran eMarketer menyatakan bahwa pertumbuhan bisnis e-commerce di Indonesia pada 2013 diperkirakan mencapai 71 persen. Angka ini melampaui pertumbuhan e-commerce di China yang sebesar 61 persen.
Edy Putra Irawady, Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Koordinasi Industri dan Perdagangan, mengatakan bisnis e-commerce di Indonesia termasuk menggembirakan. “Cukup pesat, ditunjang oleh peningkatan kualitas sumber daya manusia. ICT sudah menjadi bagian dari aktivitas masyarakat,” katanya kepada DetikFinance pada awal pekan ini.
Menurut survei Kementerian Informasi dan Telematika, pada 2012 jumlah
transaksi e-commerce di Indonesia mencapai Rp 126 triliun. Jumlah
tersebut meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu Rp
63 triliun.
Angka ini memang agak berbeda dengan riset yang dilakukan oleh Boston Consulting Group yang merilis hasil studinya pada Maret 2013 lalu. Mereka menyebutkan, nilai transaksi e-commerce di Indonesia diperkirakan mencapai US$ 10 miliar atau sekitar Rp 100 triliun pada 2015.
Sedangkan dalam laporan yang dirilis Juni lalu, eMarketer menyebutkan nilai transaksi e-commerce di Indonesia tahun ini diperkirakan sebesar US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 18 triliun.
Yang jelas, Boston Consulting mengakui bahwa bisnis e-commerce di Indonesia memang sangat menggeliat. Setidaknya ada tiga faktor yang mendorong perkembangan e-commerce itu, yaitu pengguna Internet yang diperkirakan mencapai 149 juta pada dua tahun mendatang, popularitas sosial media, dan penetrasi telepon seluler yang bisa menjadi peranti akses Internet.
Boston Consulting Group juga menyebutkan bahwa pendorong utama perkembangan e-commerce di Indonesia adalah pertumbuhan kelas menengah. Pada 2020, jumlah kelas menengah di Indonesia akan mencapai 141 juta orang atau naik dua kali lipat dibandingkan 2011.
“Kelas menengah ini merupakan pasar yang sangat potensial. Mereka mulai beralih dari kebutuhan konvensional dan menginginkan segala sesuatu yang lebih,” kata Vaishali Rastogi, salah satu penulis riset tersebut.
Dalam hal e-commerce, riset Boston Consulting Group menyatakan bahwa konsumen Indonesia kebanyakan mencari produk-produk fesyen, elektronik, dan kebutuhan untuk bepergian (tiket, hotel, dan sebagainya).
Angka ini memang agak berbeda dengan riset yang dilakukan oleh Boston Consulting Group yang merilis hasil studinya pada Maret 2013 lalu. Mereka menyebutkan, nilai transaksi e-commerce di Indonesia diperkirakan mencapai US$ 10 miliar atau sekitar Rp 100 triliun pada 2015.
Sedangkan dalam laporan yang dirilis Juni lalu, eMarketer menyebutkan nilai transaksi e-commerce di Indonesia tahun ini diperkirakan sebesar US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 18 triliun.
Yang jelas, Boston Consulting mengakui bahwa bisnis e-commerce di Indonesia memang sangat menggeliat. Setidaknya ada tiga faktor yang mendorong perkembangan e-commerce itu, yaitu pengguna Internet yang diperkirakan mencapai 149 juta pada dua tahun mendatang, popularitas sosial media, dan penetrasi telepon seluler yang bisa menjadi peranti akses Internet.
Boston Consulting Group juga menyebutkan bahwa pendorong utama perkembangan e-commerce di Indonesia adalah pertumbuhan kelas menengah. Pada 2020, jumlah kelas menengah di Indonesia akan mencapai 141 juta orang atau naik dua kali lipat dibandingkan 2011.
“Kelas menengah ini merupakan pasar yang sangat potensial. Mereka mulai beralih dari kebutuhan konvensional dan menginginkan segala sesuatu yang lebih,” kata Vaishali Rastogi, salah satu penulis riset tersebut.
Dalam hal e-commerce, riset Boston Consulting Group menyatakan bahwa konsumen Indonesia kebanyakan mencari produk-produk fesyen, elektronik, dan kebutuhan untuk bepergian (tiket, hotel, dan sebagainya).
Kesimpulan- ini merupakjan contoh pengunakan telematika dalam bidang E-bussines yang nemempatkan shoping online sebagai contoh.
sumber
inet.detik.com/read/2013/10/09/090545/2382001/398/1/ingin-berbagi-duit-triliunan-buka-toko-online (08112013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar